SOBAT obor, fungsi telinga adalah untuk mendengar. Tidak semua orang memiliki keterampilan sebagai pendengar yang baik. Masalahnya, kadang orang sedang berbicara, tetapi pikirannya mengembara di
tempat lain. Ada juga yang mendengarkan firman Tuhan tetapi sampai di rumah, ia lupa apa yang dipesankan firman Tuhan tadi. Menjadi pendengar yang baik artinya belajar memahami dengan sungguh-sungguh. Pesan Tuhan itu penting karena melakukan firman-Nya dimulai dari kemauan untuk mendengarkan. Seringkali terjadi firman Tuhan disampaikan tetapi tidak banyak orang mau mendengarkan atau jika mendengarkan itu tidak dipahami dan tidak dilakukan. Oleh sebab itu, kemauan untuk mendengarkan firman-Nya harus dimulai dari niat diri sendiri dan hati yang tulus untuk mengaplikasikan firman Tuhan.
Nabi Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan Allah telah membuka telinganya. Artinya, ia sudah siap mendengarkan apa yang disampaikan Tuhan kepada-Nya. Ia tidak menolak atau membrontak. Apa yang Tuhan sampaikan ia mendengarkan dengan baik dan melakukannya. Ia tidak melihat ke belakang, akan tetapi ia berjalan ke depan bersama Tuhan. Sebagai nabi penyambung lidah Allah, ia harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan melalui doa dan puasa. Nabi harus siap menderita, meskipun ia tahu bahwa Tuhan akan menolongnya. Hematnya, nabi Yesaya harus mempunyai telinga seorang murid agar peka melakukan kehendak Tuhan dan juga lidah seorang murid agar dapat mengucapkan kebenaran firman Tuhan.
Bagaimana kita bisa menjadi pendengar yang baik? Di minggu sengsara kedua ini, marilah kita mendengarkan firman Tuhan ini dengan sungguhsungguh, bukan hanya sampai di ranah kognitif (memahami, mengetahui) saja, melainkan bagaimana mengaplikasi firman Tuhan di semua ranah kehidupan kita. Pendengaran, perkataan dan perilaku hidup harus bersinergi dalam kesatuan yang baik. Integritas menjadi penting bagi kita di masa muda ini. Jujur, berkomitmen, melayani Tuhan dengan ikhlas beramal menjadi wujud tanggung jawab dan keteladanan sebagai pemuda Kristen yang melakukan kehendak Tuhan. Amin (NAH)