YEREMIA yang terkenal sebagai nabi yang suka menangis tidaklah berdukacita karena merasa kasihan akan dirinya sendiri, tetapi ia bersedih hati karena manusia telah sesat dan memberontak terhadap jalan Tuhan. Ia berkata: “Aku tahu, ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukkan jalannya dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk mentapkan langkahnya”, (Yeremia 10:23). Sebelum kita dapat menjadi kuat, kita harus menyadari bahwa kita lemah. Kita harus bertelut dengan penderitaan sebelum dapat menaikan sorak-sorai kegirangan. Kelemahan kita merupakan ratapan yang menarik perhatian Allah. Alkitab berkata: “Tuhan itu dekat kepada orangorang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).
Pada waktu celaka, pada waktu susah, pada waktu hari yang buruk, pada waktu lemah, Tuhan tidak akan membiarkan anak-anaknya jatuh ditangan musuh. Tuhan akan menyegarkan jiwa anak-anakNya yang mengalami kesulitan. Tuhan melindungi dan memelihara nyawa anak-anaknya. Pemazmur berkata: “Tuhan membantu dia diranjangnya pada waktu sakit, di tempat tidurnya Kau pulihkan sama sekali dari sakitnya”. Seorang yang sakit hati dan fisiknya, tidak dapat mengutarakan dirinya berbahagia. Namun, Pemazmur justru mengungkapkan ucapan berbahagia, karena dalam sakitpun, Tuhan akan membelanya. Tuhan akan memberkatinya.
Sobat obor, tak kala kita lemah dan tak berdaya, ingatlah perkataan Pemazmur: “Tuhan akan melindungi dan memelihara nyawamu”. Dalam khotbah dibukit, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang berdukacita”. Mereka itu berbahagia karena mengetahui bahwa segala kepedihannya akan berakhir dengan suatu kejadian baru. Mereka berbahagia karena mereka sadar bahwa sang seniman agung, yaitu Allah, melukis dengan warna-warna terang dan gelap, untuk menghasilkan suaut karya yang bernilai kesenian Ilahi. Karya itu adalah kasih dan pertolongan sempurna yang akan dinikmati setiap orang yang bertekun dalam sakit dan derita. Karena itu, berbahagialah apabila kamu jatuh kedalam berbagai pencobaan. Amin (MT)