Jauhkan Hidup yang Keras Hati
1 Samuel 8:19-20
Dalam lingkungan sosial dimana pun, kita sering men-dapati bahwa betapa sulitnya memberi pengertian kepada orang yang dipenuhi oleh ambisi dan kepentingan tertentu, hal ini membuat nasihat dan peringatan hanya diangap seperti angin lalu, walaupun nasehat itu memiliki unsur-unsur kebenaran yang semestinya patut diperhitungkan. Gejala ini menunjuk pada kekerasan hati, sombong, angkuh serta tidak mau menerima pendapat orang lain bahkan cenderung memaksakan pendapatnya sendiri. Orang yang memiliki perilaku seperti ini biasanya selalu menganggap diri lebih pintar, lebih baik dan dapat mengatasi masalahnya sendiri, dan tidak perlu kehadiran orang lain, bahkan lebih fatal seolah-olah mereka tidak membutuhkan kehadiran Tuhan.
Samuel dalam perikop ini menasehati dan memperingat-kan bangsa Israel, namun, keputusan mereka tetap meng-inginkan raja untuk memerintah atas mereka. Kalimat yang mereka ucapkan, “Tidak, harus ada raja atas kami”, adalah bentuk penolakan dan perlawanan terhadap gagasan yang disampaikan Samuel. Mereka tidak peduli dengan resiko, bahkan bersedia menanggung segala akibat dari permintaan tersebut. Inilah bentuk kekerasan hati yang telah menutupi cakrawala berpikir sehat yang membuat perasaan mereka tumpul, tidak mengindahkan Tuhan dan cenderung melupa-kan identitas mereka sebagai umat pilihan Allah.
Sebagai keluaga Kristen yang sudah diberi kesempatan untuk hidup dan menikmati berkat Tuhan; bahwa ternyata perilaku dan sikap yang menonjolkan kekerasan hati dan tidak mau mendengar saran dan nasihat sehingga berakibat pada tertutupnya akal budi untuk secara jernih dan terbuka mengkaji berbagai keinginan. Kita tidak boleh diperdaya dengan keadaan disekitar kita yang begitu banyak tawaran, godaan yang dapat menjerumuskan kita untuk menolak kehadiran Tuhan. Marilah kita menyerahkan keputusan yang baik kepada Tuhan Yesus sebagai sumber segala sumber. Amin.
Doa: Ya Tuhan, bukalah hati kami agar dapat menerima sesuatu yang baik, belajar untuk peduli, meninggalkan rasa egoisme dan bersedia melibatkan Tuhan dalam segala kepu-tusan dan tindakan serta perilaku hidup kami. Amin.