Mengalami Damai Sejahtera
Yesaya 60:17-18
Mengalami “damai sejahtera” tentu saja berbeda dengan hanya menyalami “damai sejahtera”. Yang satu merasakan serta menjalani hidup yang diwarnai damai sejahtera, yang satu sekedar berucap di bibir saja. “Damai sejahtera” sebagai ucapan tidak salah, namun sebaiknya ia juga dijadikan pengalaman hidup.
Bagi bangsa Israel, damai sejahtera, bahasa Ibraninya shalom, atau kita menyebutnya syalom, berhubungan dengan seluruh peri kehidupan mereka. Yakni mencakup aspek politik, ekonomi, budaya, sampai pada aspek kerukunan, kesehatan, kecukupan makanan. Nubuatan Yesaya menggambarkan akan datangnya masa di mana segala yang ditakutkan, keruntuhan dan kebinasaan tidak akan terjadi lagi. Yang ada hanyalah selamat dan pujian kepada Tuhan yang mendatangkan syalom.
Bagi kita pengorbanan Yesus Kristus yang membawa keselamatan merupakan dasar dari damai sejahtera kita. Tinggal bagaimana sekarang kita mengusahakan damai sejahtera di tengah kehidupan sehari-hari serta mengalaminya. Marilah kita mulai dari menata ekonomi keluarga kita. Jangan pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Akibatnya kita harus berutang. Berutang boleh, tapi harus lihat kemampuan. Jika tidak, ujung-ujungnya hidup kita tidak damai lagi karena “dikejar-kejar” utang. Damai sejahterapun pergi. Semoga tidak. Amin. Doa:Ya Tuhan Yesus, terpujilah Engkau yang menganugerahkan keselamatan melalui karya salib-Mu. Berilah kami kemampuan untuk mengalami hidup damai sejahtera secara pribadi dan keluarga, bahkan sebagai jemaat dan masyarakat. Amin.