KITA ADALAH MILIK TUHAN
Roma 14:7-8
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus. Paulus ingin meluruskan pemahaman jemaat Roma tentang kehldupan beriman. Bahwa beriman kepada Yesus Kristus sekalipun datang dari latar belakang tradisi dan budaya yang berbeda harus menjadi satu di dalam Kristus. Oleh karena sekalipun orang Kristen di Roma dalam keberagaman tetapi mereka adalah bagian dari tubuh Kristus. Paulus menegur jemaat karena pertentangan yang terjadi. Jemaat saling menghakimi, saling menghina dan saling menolak satu dengan yang lain atas keyakinan berdasarkan latar budaya dan tradisi. Seakan mereka bukan bagian dari tubuh. Kristus yang satu sebagai kepala gereja yang telah mati dan bangkit. Hal ini tidaklah benar karena sebagai sebagai seorang pengikut Kristus jemaat tidak hidup untuk dirinya sendiri dan bahkan matipun tidak untuk dirinya sendiri. Orang Kristen hidup untuk Tuhan, juga mati untuk Tuhan karena kita adalah, milik Tuhan. Baik hidup dan mati kita ada dalam kesatuan sebagai milik Tuhan. Karena itu kehidupan persekutuan atas dasar keyakinan Yesus Kristus yang mati dan bangkit untuk keselamatan manusia harus menjadi motivasi dasar orang Kristen. Jamaat diingatkan untuk tidak mementingkan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan orang lain juga demi kepentingan bersama dan bagi kernullaan nama Tuhan. Karena kita adalah milik Tuhan.
Keluarga Kristen yang dikasthi dan diberkatt Tuhan Yesus.
Perenungan hari ini menjelaskan bahwa orang percaya adalah “Milik Tuhan”. Sebagai milik Tuhan maka kita harus mengabdi kepada sang pernilik atau menjadi abdi-Nya. Melakukan dengan taat dan setia yang dlkehendaki dan dfinginkan-Nya. Dalam hal perbedaan yang menimbulkan perselisihan dan pertentangan maka ukuran kebenaran bukan pada hal yang bersifat lahiriah dan peribadi atau kelompok, tetapi iman kepada Yesus lu-istus yang mati dan bangkit untuk keselamatan manusia dan dunia.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Sebagai abdi-Nya kita harus selalu menggunakan firmanNya sebagai ukuran kebenaran dan menempatkan-Nya sebagai hakim yang adil. Tugas kita adalah menghadirkan damai sejahtera. Rasul Paulus menegaskan, “Janganiah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:17-19) Tempatkan Tuhan sebagai pemilik hidup, firman-Nya sebagai ukuran kebenaran dan serahkanlah penilaian serta penghakiman di tangan kedaulatan-Nya. Hindarilah konflik dan perdebatan karena perbedaan kebiasaan, tradisi dan kebudayaan sejauh tidak menyangkal kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Lihatlah perbedaan sebagai kekayaan anugerah Tuhan yang patut dihargai. Amin.
Doa: Ya Bapa sorgawi, oleh kuasa-Mu tolonglah kami sebagai milik-Mu untuk rnenyadari perbedaan adalah anugerah yang patut dihargai. Kiranya iman kami diteguhkan agar menjadi abdi-Mu yang taat dan setia mengusahakan kepentingan bersama, bukan hanya diri sendiri, melainkan untuk kemuliaanMu, Dalam nama anak-Mu Yesus Kristus. Amin,