Jalan Hidup Yang Pincang
Mikha 4:6-7
Sering kali kehidupan orang percaya tidaklah seimbang dalam menjalankan kehidupan sehingga terjadi kepincangan baik secara rohani maupun materi. Bahkan ada yang menjadi pincang karena ditinggal pergi oleh orang yang mereka kasihi dan membuat mereka sedih. Berpisah dari anggota keluarga yang kita sayangi memang berat dan menyedihkan, apa lagi ada unsur sengaja dipisahkan. Bagaimana mungkin ada kegembiraan dan sukacita menjalani kehidupan dalam keadaan seperti itu? Sulit memang! Beda kalau direncanakan, kita tidak akan menjadi risau dan gundah-gulana.
Bacaan hari ini, Mikha 4:6-7, memberi suatu pengharapan bahwa Tuhan akan mengumpulkan mereka yang pincang dan mereka yang terpencar-pencar yang mengalami kecelakaan dengan maksud supaya umat tidak akan meragukan kuasa-Nya. Bahkan lebih dari pada itu,Tuhan akan menjadi raja dan memerintah mereka di gunung Sion.
Orang Israel pun pernah mengalami hal demikian akibat perang. Mereka terpaksa dipisahkan dengan tanah airnya. Biar hujan emas di negeri orang masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri, bukan? Hati kita sangat rindu dengan kampung halaman berkumpul dengan keluarga bersaudara. Itu juga dambaan keluarga umat Tuhan yang pernah mengalami hidup di pengasingan sebagai tahanan politik. Alasan paling masuk akal adalah bukan rindu kampung melainkan rindu untuk menjadi orang merdeka biar berdomisili di manapun.
Keluarga Kristen, dalam banyak perkara hidup kita sering merasa terbelenggu oleh berbagai kesukaran dan kesusahan. Jalan hidup seperti tidak normal, amburadul dan pincang. Kita merindukan sebuah jalan hidup yang stabil, aman dan sejahetra tetapi seakan semua itu hanya ada dalam impian. Nabi Mikha mengharapkan agar meski jalan hidup tidak normal, picang maka jangan jadikan hidup ini impian melainkan perjuangan sambil memiliki keyakinan bahwa semua orang yang diutus Tuhan ke ladang-ladang kehidupan tidak berarti bahwa Ia menjauhkan dan memisahkan kita. Amin.
Doa: Ya Bapa, Engkaulah jalan, kebenaran dan hidup. Bimbinglah hati dan pikiran kami agar dapat mengenal kehendak–Mu dalam perjalanan hidup kami supaya hati dan jiwa kami tenteram. Amin.