Rasa Takjub Melahirkan Ucapan Syukur
Yesaya 52:13-15
Sebuah pepatah mengatakan: Hidup ini ibarat roda, sekali berada di bawah, sekali berada di atas atau ada saat sukses tetapi juga ada saat mengalami kegagalan, ada saat sehat tetapi ada saat sakit, ada saat senang ada saat mengalami penderitaan.
Bacaan kita hari ini memberitakan suatu keadaan pada masa nabi Yesaya ketika menyaksikan seorang yang disebut sebagai hamba dan mengalami penderitaan luar biasa. Kehadiran hamba yang menderita ini, menjadi sorotan dan menarik perhatian bangsa-bangsa dan para pemimpinnya masa itu. Bagaimana tidak, ia yang semula mengalami sengsara, aniaya, dan penderitaan teramat sangat, lalu terpuruk, kemudian diangkat Tuhan. Ia disanjung, dihormati dan dimuliakan Tuhan. Kita melihat di sini, ketakjuban para pemimpin bangsa dan masyarakat yang mulanya merendahkan dan menghina, memunculkan sikap baru, yakni pengakuan dan sanjungan. Si hamba dihormati melebihi penghormatan yang diterima kebanyakan orang.
Sebagai keluarga Kristen kita dapat pahami bahwa ketakjuban dapat memberi pengaruh yang baik ketika hal itu diarahkan pada hal-hal yang memberi motivasi untuk memaknai kehidupan. Kita takjub atas surya pagi hari ini, maka kita bersyukur. Kita takjub karena bunga mekar, ataupun segarnya udara pagi, kitapun bersyukur. Kita takjub saat bangun dan memandang isteri, suami, anak, atau keluarga yang sangat kita sayangi. Walaupun masih banyak hidup orang Kristen yang tidak dijalani dengan ucapan syukur karena sulit mengalami ketakjuban. Pandanglah sekeliling kita, resapi dan alamilah keindahan anugerah Tuhan. Ketakjuban bisa muncul dari hal sederhana, tapi juga peristiwa besar. Ketakjuban memberi alasan bagi kita untuk senantiasa bersyukur dalam segala keadaan. Amin.
Doa: Bapa sorgawi, dimuliakanlah Engkau dalam segala pekerjaan-Mu yang memberi rasa takjub. Kami bersyukur untuk keindahan hari ini yang memberi kami kehidupan. Tolong kami untuk menjadi alat syukur dan sukacita di tengah keluarga kami dan bagi sesama kami. Amin.