Menjadi Murid Yesus
Lukas 14:25-26
Penginjil Lukas mencatat Yesus Sang Guru Agung sedang mempersiapkan murid–murid untuk mengikuti Dia dan rela menderita. Di mana Yesus pergi mengajar banyak orang berduyun–duyun mengikuti-Nya (Luk. 12:1). Bahkan sampai hari sudah hampir malam pun orang yang mengikuti Yesus belum mau pulang. Momen ini dipakai oleh Yesus untuk memberitakan Injil dan melakukan banyak mujizat.
Tuhan Yesus tahu motivasi orang banyak hadir, karena itu Ia menyampaikan syarat untuk datang kepada-Nya, jika tidak membenci bapak, ibu, isteri, anak bahkan nyawa sendiri ia tidak dapat menjadi murid-Nya. Kata membenci tidak berarti mengajarkan kebencian kepada keluarga, melawan orang tua, membenci pribadi saudara saudara (band. Mat. 22:39). Yesus tahu tantangan terberat Murid yaitu meninggalkan keluarga seperti dalam percakapan “izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku (Luk. 9:59) Izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluarga-ku…(Luk. 9:61). Menjadi Murid berarti berani, tulus, rela dan sanggup meninggalkan segala kepentingan keluarga, diri sendiri bahkan rela mati. Tentu syarat ini sangat berat karena secara materi murid tidak mendapatkan tunjangan atau upah berupa materi.
Sebagai keluarga Kristen, Yesus mengajarkan kepada kita membenci keluarga bukan dalam arti memusuhi satu dengan yang lain. Tetapi sanggup memilah dan lebih mengutamakan Kristus dari sekedar keinginan keluarga apalagi lebih mementingkan diri sendiri. Menjadi Murid Yesus yang tangguh, berarti perlu komitmen setia dari awal sampai akhir hayat. Selaku keluarga marilah terus berkomitmen, saling melengkapi, menopang, mendoakan satu sama lain sehingga keluarga kita sungguh-sungguh menjadi murid Tuhan yang layak karena mampu mengutamakan kehendak Tuhan dari sekedar kepentingan keluarga dan diri sendiri. Amin.
Doa: Tuhan Allah ajarlah kami menjadi murid-Mu yang setia mengikuti Engkau sampai akhir hayat. Berilah kami hikmat untuk dapat membedakan mana kehendak Tuhan dan ke hendak duniawi. Amin.