Markus 6:16-17
Ada sebuah sistem hukum internal di dalam diri kita, yaitu hati nurani. Yang memuji disaat kita berbuat benar dan
menghukum pada saat kita salah. Akan tetapi, alat pemantau moralitas yang sangat penting ini tidaklah sama satu dengan yang lain. Dokter Paul Brand, misionaris medis di India, berbicara tentang penderita lepra yang mengalami perubahan bentuk tubuh karena ujung syaraf mereka tidak dapat merasakan sakit, mereka tak akan kesakitan bila melangkah di atas api atau bila jari mereka terluka oleh pisau. Akibatnya, mereka tidak sadar jika luka itu terbuka. Ini penyebab terjadinya infeksi dan cacat tubuh. Dokter Brand menciptakan alat yang akan berbunyi jika terkena api/benda tajam. Alat itu memperingatkan apabila terdapat luka pada orang yang tidak dapat merasakan sakit. Seperti fungsi rasa sakit bagi tubuh kita, hati nurani berguna untuk memperingatkan kita akan kerusakan rohani. Namun dosa yang menjadi kebiasaan dan belum bertobat dapat membuat hati nurani kita mati rasa.
Dalam bacaan kita hari ini, Herodes oleh karena perbuatan dosanya yang membunuh Yohanes Pembaptis, serta merta menganggap bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit. Sesungguhnya ungkapan Herodes menunjukkan sebuah kecemasan atas dosa yang telah dilakukan, hati nuraninya seakan berbicara untuk mengingatkan dia atas apa yang telah dilakukannya. Demikian juga dalam kehidupan kita, jika ada suatu dosa yang belum dibereskan akan menimbulkan rasa bersalah yang terus menerus dan bila hal itu dibiarkan maka akan menimbulkan kesakitan bagi jiwa kita.
Sebagai keluarga Kristen yang diberkati untuk menjaga kemurnian hati nurani, kita perlu menanggapi rasa sakit akibat
kesalahan dengan mengaku dosa (1 Yoh. 1:9), bertobat (Kis. 26:20) dan hidup kudus seperti yang dikehendaki Kristus.
Amin.
Doa: Terima kasih atas Firman-Mu Tuhan, pakailah hati nurani kami oleh kuasa Roh Kudus untuk mengingatkan kami
elakukan apa yang benar di hadapan-Mu. Amin.
ADVERTISEMENT