Hidup Benar Di Hadapan Tuhan
2 Tawarikh 27:2
Kitab Sejarah raja-raja Yehuda mencatat bahwa keberhasilan seorang raja ditentukan oleh sikapnya kepada Tuhan. Jika ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, ia akan diberkati. Sebaliknya jika ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, pemerintahannya tidak akan bertahan lama.
Raja Yotam mengajarkan kita suatu keteladanan hidup. Di usia yang masih muda (25 tahun), ia telah melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia juga menunjukkan ketaatan kepada orang tua. Ia hidup tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya. Hanya saja, ia tidak memasuki Bait Tuhan seperti ayahnya. Mengapa demikian? Raja Uzia pernah melakukan suatu kesalahan, ketika ia menjadi kuat, ia menjadi sombong. Ia berubah setia dengan melanggar kekudusan bait Tuhan. Ia membakar ukupan di atas mesbah padahal ia bukan keturunan imam. Akibatnya, ia diusir dan menderita penyakit kusta (2 Taw. 26:16-21). Apabila Yotam tidak memasuki Bait Allah bukan berarti ia tidak beribadah melainkan ia tidak bertindak serampangan di Bait Allah. Tidak melakukan apa yang bukan menjadi tugasnya.
Bacaan ini juga menceritakan apa yang dilakukan rakyat Yehuda. Mereka melakukan hal yang merusak, yaitu mempersembahkan kurban kepada berhala.
Firman Tuhan saat ini, mengedukasi kita untuk belajar dari kelebihan dan kekurangan. Sejatinya belajar adalah perbuatan terencana dan berlangsung seumur hidup (from womb to tomb). Edukasi literasi membuat wawasan pengetahuan kita bertambah, makin terampil dan bijak di dalam menjalani kehidupan. Tidak semua orang mau membuka diri untuk belajar seperti halnya rakyat Yehuda. Mereka tidak mau belajar dari kehidupan rajanya.
Memasuki tahun baru ini, kita diajak untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Jadikanlah perilaku ini sebagai jati diri keluarga Kristen. Jika kita hidup benar di hadapan Tuhan, pastilah kita hidup benar di mata manusia. Amin.Doa:Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk terus hidup benar dan berikanlah kami keberanian untuk konsisten di dalam keberimanan kami kepada-Mu. Amin.