DODOKUGMIM.COM – Covid 19 hingga kini masih menghantui seluruh penduduk dunia dan memaksa kita untuk tetap tinggal dalam rumah dan bekerja dari rumah (work from home). Khusus untuk Sulawesi Utara, sudah lewat beberapa minggu sejak awal masuknya virus Corona di Provinsi ini dan tak ayal hal ini membuat gusar masyarakat. Bagaimana tidak, sejak Covid 19 terdeteksi hadir di kota Manado, seluruh aktivitas di kota Manado dan sekitarnya (Sulawesi Utara) menjadi “tidak normal”.
Pekerjaan yang biasanya dilakukan “di luar” entah di kantor, rumah makan, pertokoan ataupun di jalanan kini terhambat dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kebijakan “work from home” adalah langkah cermat pemerintah dalam menangani dan memutus mata rantai penyebaran Covid 19. Hal ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat guna menekan angka positif Corona dan angka kematian akibat keganasan virus ini.
Bekerja dari rumah (work from home) memang terasa indah pada awalnya. Dengan bekerja dari rumah maka ada banyak waktu yang terluang untuk beristirahat atau sekadar bersantai di rumah. Ada pula yang menggunakan waktu luang untuk “quality time” bersama dengan keluarga. Sayangnya manusia punya yang namanya titik jenuh yang merupakan rasa bosan ketika manusia hanya melakukan hal yang sama dalam jangka waktu yang lama.
Kini banyak dari kita merindukan pola kerja kita yang lama, yaitu kerja di tempat kerja dan bukan dari rumah. Indikator dari pernyataan ini adalah ramainya status, story, ataupun meme di media sosial yang menyatakan rasa bosan yang tak tertahankan karena sudah cukup lama berdiam di rumah saja. Pernyataan demikian paling banyak datang dari kaum milenial yang mengaku sudah lelah “rebahan” di rumah dan butuh kehidupan mereka yang normal. Semua orang pada akhirnya merindukan kehidupan yang normal. Hidup di tengah bayang-bayang Covid 19 adalah ketidaknormalan bagi kita.
Kini semua agama menyeruakan satu permohonan, yakni agar wabah Covid 19 segera berlalu. Sebagai umat Kristiani kitapun mendoakan hal tersebut dengan sangat serius. Setiap hari corong/toa gereja bersahutan menyanyikan pujian dan memanjatkan doa agar wabah ini tidak lagi berkelanjutan. Akan tetapi sebagai warga gereja yang bijak, baiknya kita tidak hanya sekadar berdoa meminta agar Covid 19 segera lewat, namun juga mau mencerna ada pembelajaran apa di balik wabah ini.
Saya mencatat ada beberapa hal yang bisa kita maknai dari ketidaknormalan karena Covid 19, yaitu:
- Sebelum Covid 19 mewabah, Indonesia bahkan dunia sedang sibuk-sibuknya mencari “obat penawar” atas aksi radikalisme agama yang memuncak pada konflik antar agama. Ada banyak ujaran kebencian yang berlindung di balik nama besar agama dalam rangka memicu pertengkaran bahkan peperangan. Sejak wabah Covid 19 hadir, angka radikalisme agama justru menurun drastis, meskipun masih ada sedikit kasus kecil yang ditemukan.
- Entah mengapa, terasa seperti wabah ini sedang memberi waktu kepada Bumi untuk memulihkan diri. Telah terkonfirmasi bahwa lapisan Ozon Bumi memulai pulih, udara bersih bebas Karbon Monoksida (CO) ditemukan di kota-kota besar dan banyak dampak baik lain di ranah ekologi yang kini terasa oleh manusia.
Gereja-gereja di Sulawesi Utara selama ini selalu menggumuli kedua hal tersebut dan memimpikan agar keduanya segera terwujud. GMIM secara khusus merupakan gereja yang terbilang sangat semangat dalam mengatasi krisis ekologi dan konflik antar agama. Selama ini GMIM sangat gencar memberitakan krisis ekologi dan seruan untuk memperbaiki Bumi lewat khotbah-khotbah gerejawi. Kini, Covid 19 menjadikan itu nyata dan terlaksana sebab selama ini khotbah gerejawi ternyata kyrang efektif. Manusia nampaknya lebih mendengarkan ancaman atas kehilangan nyawa daripada kabar baik yang disampaikan dalam kasih dan kekudusan.
Sekaranglah saatnya kita belajar dan merenungi. Jika demikian halnya, sudah siapkah kita untuk normal kembali? Ataukah kehidupan yang normal justru adalah sumber dari segala masalah? Jika manusia, khususnya warga gereja dan umat Tuhan ingin Covid 19 segera berlalu, maka jangan hanya tahu meminta, tetapi belajarlah untuk membuktikan bahwa ketika kehidupan yang normal akan Tuhan berikan kembali, maka manusia akan berhenti berbuat onar dan berhenti pula menciptakan masalah. Selamat merenungi.(dodokugmim/saratuwomea)