IMAMAT 25 : 1 – 7
Oleh Pdt. Meytrix Pongantung – Sompie, S.Th
DODOKUGMIM.COM – Kitab Imamat adalah Kitab Musa yang ketiga, berisi peran besar para Imam dalam memimpin serta membangun kehidupan umat, terutama menyangkut peribadatan mereka yang murni dan kudus di hadapan Allah. Jika membaca kitab ini secara keseluruhan, kita akan menemukan begitu banyak peraturan, hukum dan ketetapan yang semuanya berhubungan erat dengan tata cara peribadatan yang harus dipatuhi oleh umat Israel.
Mengutip tulisan Seorang Teolog yang bernama Paterson, meskipun Kitab Imamat kebanyakan terdiri dari hukum-hukum dan peraturan-peraturan, tetapi sesungguhnya kitab ini memuat riwayat besar yang dimulai dari penciptaan langit serta bumi dan berakhir dengan kematian Musa. Karena itu isi Kitab Imamat selalu memiliki kaitan yang erat dengan apa yang disaksikan oleh Kitab Keluaran, hanya saja Imamat lebih fokus menerangkan tentang Hukum, Ketetapan dan Aturan.
Persitiwa penting yang ditulis oleh Imamat dimulai dari pembebasan yang dikerjakan Allah sewaktu Israel menjadi budak di tanah Mesir, bagaimana Allah membawa mereka menyeberangi Laut Teberau, sampai mereka tiba di atas gunung Sinai dan Musa menerima buku pegangang yang berisi instruksi bagi para imam untuk disampaikan, diajarkan dan dilakukan oleh umat Israel sebagai wujudan kepatuhan dan ketaatan pada Tuhan Allah.
Imamat 25 : 1 – 7 khususnya, merupakan bagian dari perkataan Tuhan yang diterima oleh Musa di atas gunung Sinai untuk diberikan kepada orang Israel. Sinai adalah simbol kehadiran Allah dalam kekekudusanNya, maka setiap perkataan yang didengar Musa di gunung itu, adalah perkataan-perkataan yang kudus, murni dan berkuasa.
Sebagai hamba Allah, Musa memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan setiap perkataan Tuhan itu, agar orang Israel tahu bahwa Tuhan selalu ada dan bersama dengan mereka.
Dimulai ayat 2 bacaan ini, merupakan persiapan/bekal pemahaman yang harus dimiliki oleh bangsa Israel, sebelum mereka masuk dan menginjakkan kaki di negeri yang dijanjikan Tuhan. Sebagai umat yang Berjalan di bawah janji-janji Allah, Tuhan memiliki kewenangan yang besar dalam mengatur dan menciptakan ketertiban dalam hidup setiap umatNya.
Sebab Allah sangat menyukai keteraturan, maka Allah menetapkan hukumNya, termasuk soal tanah yang akan didiami bangsa Israel. Allah memberi perintah agar umat tidak melupakan bahwa setiap tanah yang diusahakan/dikelola oleh bangsa itu, harus mendapat Perhentian sebagai Sabat bagi Tuhan.
Hal ini penting untuk ditaati dan dipatuhi, agar Israel akan selalu ingat bahwa tanah itu adalah: 1. TANAH PEMBERIAN TUHAN, TANAH TERBAIK, TANAH YANG DIBERKATI. Sebab itu Israel Jangan melupakan Tuhan! yang telah membawa mereka menikmati negeri yang penuh dengan Susu dan Madu. Israel tidak boleh lupa lupa kepada Tuhan, sebab di tanah itu juga Allah tetap memelihara hidup mereka, dengan memberi kesempatan untuk mengusahakan dan mengelolah tanah itu. Dan di tanah itu juga Allah memberi mereka waktu untuk membangun keturunan yang Taat, Setia dan Takut akan Tuhan.
2. Mengingatkan Umat Israel, pada hari ke-7 Tuhan berhenti dan menguduskan segala pekerjaanNya (Kejadian 2 : 2 – 3). Hari perhentian itu diberkati dan dikuduskan oleh Allah, sebagai pertanda bahwa segala pekerjaan penciptaan sudah selesai. Demikian tanah pun harus mendapat istirahat di tahun yang ke-7, saat dimana umat Israel harus berhenti dari segala kesibukan pekerjaan mereka, dan betul-betul mempergunakan waktu istirahat itu untuk memfokuskan hidup Hanya kepada Tuhan. Setelah enam tahun lamanya umat menanam, menabur dan mengumpulkan hasil, maka tahun ke-7 menjadi tahun dimana hidup mereka hanya terarah kepada Tuhan, Mengucap Syukur, Menyembah Dia, Memuliakan Dia, serta berterima kasih atas tanah yang diberi, juga atas kekuatan dalam mengelolah tanah itu.
Ungkapan pada ayat 3 – 5, “Enam tahun lamanya orang Israel menaburi ladang dan marantingi kebun anggur, tetapi pada tahun yang ke-7 menjadi suatu Perhentian Penuh”. Maksudnya umat Israel pada tahun ke-7 diperintahkan untuk membiarkan dan meninggalkan tanah begitu saja.
Untuk apa? Keluaran 23:11 menuliskan “supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu.”
Bahwa tahun ke-7 menjadi tahun perhentian dan sabat bagi Tuhan, hendak mengajarkan kepada umat Israel untuk tidak hanya memikirkan kemakmuran dan kesejahteraan diri sendiri, tetapi ditengah berkat yang diberikan Tuhan Allah kepada mereka, umat Israel dipanggil untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kemiskinan yang ada di sekitar mereka.
Umat turut bersama merasa bertanggung jawab menjaga kelangsungan hidup mahkluk ciptaan Allah lainnya. Allah mengajarkan bangsa itu bagaimana MENGASIHI ALLAH dengan sepenuh hati, lewat memelihara hidup yang penuh belas kasih, dan selalu berbagi dengan mereka yang miskin dan berkekurangan.
Allah menuntun mereka bagaimana MENGHORMATI ALLAH dengan sungguh-sungguh, lewat sikap yang menghargai dan mencitai Alam (didalamnya hewan dan tumbuhan) yang sama-sama diberi kesempatan hidup oleh Tuhan di bumi ini.
Pada ayat ke 6 – 7, Allah menunjukkan kepada bangsa Israel tentang kebesaran KuasaNya. Di ayat ini Allah mendemonstrasikan KuasaNya dalam memelihara hidup umat Israel, mereka tidak perlu kuatir meski tanah mendapat perhentian (tidak dikelola, tidak disentuh oleh tangan manusia, tidak ditaburi, tidak dirantingi dan dibiarkan begitu saja). Karena Tuhan Allah menjamin bangsa itu,“Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu. Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya”.
Allah mengatur segala sesuatu, sehingga meski tanah, kebun, ladang berhenti selama masa sabat, namun Allah tidak pernah berhenti untuk memberi mereka hidup. Israel akan tetap mendapatkan Makan dari tanah itu, bahkan disebutkan semua yang tinggal dan hidup disekitar bangsa itu, entakah budak laki-laki atau perempuan, orang upahan, orang asing, tak terkecuali ternak yang dipelihara orang Israel, binatang liar, semua akan makan dari hasil tanah itu.
Merenungkan tema, “Tanah rahmat Allah bagi kehidupan”, maka bacaan ini memberi beberapa catatan bagi kita sebagai umat Tuhan.
Pertama, sebagai pencipta, Allah memiliki kewenangan penuh dalam mengatur kehidupan semua ciptaanNya termasuk manusia. Hukum, ketetapan, perintah, dan ajaran Tuhan bermaksud agar semua berjalan tertib dan teratur. Orang yang patuh pada perintah Tuhan akan memiliki hidup dalam damai sejahtera, sebaliknya hidup tanpa kepatuhan pada kehendak Allah, selalu berakhir dengan kekacauan bahkan kehancuran.
Ibarat lalu lintas jika rambu-rambu lalu lintas itu dilanggar, maka akan mengalami kecelakaan. Sebagai umat Tuhan, marilah kita selalu belajar untuk patuh melakukan FirmanNya, supaya hidup kita selalu berkenan Tuhan. Dalam kehidupan bersama, kita memelihara hukum, ketetapan dan aturan yang ada ditengah keluarga, jemaat dan masyarakat, tempat dimana kita tinggal, berkativitas, bekerja serta melayani.
Kedua, Bangsa Israel adalah bukti dari Kasih sayang Allah, mereka tidak hanya dibebaskan dari perbudakan di mesir, tetapi kepada mereka dijanjikan suatu tempat terbaik, negeri dengan tanah yang menghasilkan berkat-berkat yang membawa kehidupan bagi bangsa itu. Demikian juga dengan kita yang hidup saat ini, tanah tempat kita berpijak dan tinggal adalah Pemberian Allah.
Ingatkah kita syair lagu “Bukan Lautan Hanya Kolam Susu” milik Koesplus, begini bunyi syairnya,Orang bilang Tanah kita Tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Kalimat ini menggambarkan tentang betapa suburnya tanah kita, betapa diberkatinya tanah yang kita tinggali, menjadi kekayaan dan warisan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan ciptaan Allah lainnya. Sehingga jika ditanah ini ada yang berkata: Lapar! maka mungkin saja ketiadaan makanan itu diakibatkan oleh kemalasan! Allah telah memberi tanah ini, tempat yang luas bagi semua manusia untuk berusaha, bekerja, berjuang dalam membangun hidupnya, lewat bidang-bidang pekerjaan yang berbeda-beda. Maka mari di tanah yang diberikan Tuhan ini kita giat dalam bekerja.
Ketiga, Tanah yang mendapat Perhentian sebagai Sabat Bagi Tuhan. Di satu sisi adalah benar bahwa manusia diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengusahakan dan mengelola tanah tempat dimana kita hidup. Tetapi ternyata keserakahan, pementingan diri sendiri demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, telah menghancurkan tanah sebagai pemberian Tuhan. Artinya manusia tidak boleh bertindak seenaknya terhadap tanah ini, karena tanah adalah hasil ciptaan Tuhan, dan diberikan sebagai berkat untuk kelangsungan hidup manusia.
Jika kita melihat kenyataan yang ada disaat ini, manusia berbuat seenak perut mereka sendiri terhadap tanah atau bumi yang didiami, tanpa memperdulikan bagaimana menjaga dan merawat tanah. Ulah tangan-tangan jahil, yang berlindung pada perusahan-perusahaan raksasa telah dan dengan sengaja membakar Hutan, demi kepentingan bisnis dan usaha mereka. Pembalakan/penebangan liar serta pengrusakan hutan secara illegal makin tak terkendali, semuanya berakibat buruk bagi semua mahkluk hidup didalamnya manusia.
Manusia yang tak berdosa dan ciptaan Allah lainnya harus menanggung akibat/resiko dari kerusakan alam. Kita merasa sedih dan pilu ketika melihat banyak manusia menjadi korban dari keganasan alam : banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, cuaca yang tidak menentu, belum lagi bertambanya penyakit yang ditimbulkan oleh makin tercemarnya udara, dan semakin kecil ruang terbuka hijau di tengah kota, pembuangan air limbah industri yang mengandung zat kimia, produksi sampah yang terus meningkat, kesemuanya memberi kontirbusi merusak tanah. Dan ini sungguh menjadi ancaman yang berbahaya, Tanah yang adalah berkat Tuhan untuk kita, kini bukan lagi menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali, karena bencana terjadi dimana-mana. Karena itu bacaan ini mengingatkan kita semua untuk BERHENTI MERUSAK TANAH. BERHENTI MERUSAK CIPTAAAN ALLAH ATAS TANAH INI.
Keempat, Sabat atas tanah adalah perintah Tuhan. Maka meski kita memiliki kuasa untuk mempergunakan tanah ini, tetapi juga kita diberi tanggungjawab untuk memelihara dan menjaga keseimbangan alam ini. Tanah harus mendapatkan haknya untuk beristirahat setelah manusia mempergunakannya. Artinya ada saat manusia mengambil dari tanah itu apa yang menghasilkan, tetapi ada saat manusia juga harus membiarkan tanah itu menjadi tempat bebas, tempat yang lega tempat hidup mahkluk lainnya.
Sebagai contoh ketika Panen padi selesai, ada beberapa waktu petani akan membiarkan tanah itu begitu saja, untuk menggembalikan kesuburan tanah, dan mengeluarkan racun-racun pestisida yang disemprotkan pada saat padi mulai tumbuh. Sekali lagi manusia harus menghormati Tuhan, menghormati ciptaanNya, sehingga jangan kita berkata kita mengasihi dan menghormati Tuhan, tapi dengan sengaja kita merusak alam. Itu sama dengan kita tidak mengahasihi dan menghormati Allah sebagai pemilik tanah ini.
Kelima, Sabat atas tanah sebagai perhentian Penuh, hendak mengingatkan kepada kita umatNya, untuk tahu bersyukur atas apa yang Tuhan beri, termasuk waktu untuk berkerja. Ada waktu Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, tetapi ada waktu juga Tuhan memerintahkan kita untuk beristirahat.
Supaya manusia tidak menjadikan bekerja sebagai alasan untuk kita kehilangan waktu-waktu dalam menyembah Tuhan. Perhentian penuh artinya, Allah ingin fokus hidup kita manusia bukan hanya tertuju pada mengusahakan dan mengelola tanah, tetapi fokus hidup kita harus juga kepada Tuhan yang empunya tanah itu.
Mari kita memberi waktu yang terbaik untuk Tuhan, sebaik waktu yang Tuhan beri untuk kita bekerja. Mari kita dengan bijak mempergunakan waktu-waktu yang Tuhan anugerahkan. Sebab waktu adalah milik Tuhan, Ingat! tidak ada sesuatu yang akan hilang dari hidup kita, jika kita berhenti sejenak dari segala kesibukan dan rutinitas sehari-hari kemudian memilih memfokuskan hidup untuk menyembah Tuhan.
Maka mari sebagai umat Tuhan, kita bagaimana caranya agar sikap kita tetap menghormati dan menghargai Tuhan, kita tahu memberi waktu untuk bekerja dan kita tahu apa arti beristirahat, kita tahu Mengusahakan dan Mengolah tanah dengan baik dan bertanggung jawab, serta kita tahu apa makna berhenti mengeksploitasi tanah secara berlebihan. Kita bangun terus relasi yang harmonis dengan Tuhan, lewat menjaga keutuhan semua ciptaanNya baik manusia maupun mahkluk-mahkluk hidup lainnya.(dodokugmim/*)