
DODOKUGMIM.COM – Pernahkah kita menegur orang lain, entah di jalan atau di tempat perbelanjaan dan ternyata orang lain itu lupa siapa diri kita? Atau seperti ini, pernahkah kita berbicara lalu orang itu memandang ke arah lain dan fokusnya teralihkan? Ternyata sapaan pertama Yesus kepada Maria tidak berhasil. Lalu apakah Yesus menyerah? TIDAK.
Pengeboman Gereja Katedral di Makasar, Terorisme, Pandemi yang masih melanda, gumul SMSI GMIM, Kemiskinan, Ketidakharmonisan dan ketidaksetiaan dalam keluarga, ketakutan, tangisan, dukacita, sakit dan masih banyak lagi gumul kita sebagai warga gereja. Lalu timbul pertanyaan, masih bisakah bersukacita dan merayakan kemenangan Kristus di Paskah ini?
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mengusung tema Paskah 2021 yakni “Berpaling kepada Sang Hidup” (Yohanes 20:14-16). GMIM pun dalam Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat dengan tema Mingguan, “Beritakan, Yesus Bangkit!”. Berpaling kepada Yesus dan beritakan kebangkitan-Nya. Mungkin kita teralihkan oleh keadaan tapi kita akan disadarkan oleh kemenangan-Nya. Jadi masih bisakah kita bersukacita dan merayakan Paskah Yesus Kristus? YA dengan penuh sukacita. .
Panggilan yang Meneduhkan.
Secara perlahan wanita itu tertatih masuk ke dalam, pikirannya tidak tenang, air mata masih membasahi pipi dan mulutnya, “Yesus sudah diambil orang? Dimanakah Yesus? bukankah sore itu di kubur disini? Jelas-jelas saya melihatnya dibaringkan di sini?” tanya ini. (Ayat 13b) Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu dimana Ia diletakkan”.
Dalam kerisahuan dan kesedihan itu, Maria menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri disitu, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus (ayat 14). Dalam kemelut, menolehlah ke belakang. Menoleh dan melihat Yesus. Menoleh jauh kepada Anugerah Allah yang menyelamatkan dan menebus kita. Menoleh dan melihat Yesus sekalipun keadaan kacau dan kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Berbondong-bondong kita datang di gereja, tapi keadaan kita tidak banyak berubah. Masih dengan masalah yang sama. Seakan-akan Tuhan membiarkan kita. Keadaan terlalu gelap, kenyataan terlalu pahit dirasakan. Kita tidak dapat melihat Yesus dengan jelas seperti Maria. Mengapa? Alasannya sederhana, karena terlalu berfokus pada kesedihan, terlalu fokus pada keadaan sekitar yang “gelap”. Padahal Yesuslah jawaban jauh sebelum timbulnya pertanyaan. Yesuslah kelegaan sebelum hadirnya beban. Yesuslah puncak syukur dan anugerah yang telah menjumpai kehidupan kita.
Pandemi, sakit, tangisan, takut, khawatir, duka, bom, ekonomi, terorisme dan semua fokus-fokus lain yang membuat kita teralihkan dari Yesus. Yesus tidak menyerah untuk menjumpai kita dan menyapa dengan teduh namun tegas. Kasih-Nya menyentuh, sapaan-Nya menguatkan, rangkulan-Nya menyambut kita dengan hangat.
Ayat 16, Kata Yesus kepadanya: “Maria” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni” artinya Guru. Maria! Dengan tanda seru, secara tersirat Maria fokus. Maria berpaling Kembali. Dimana kita mendengar sapaan-Nya? Lewat Firman-Nya, orang-orang yang dipakai-Nya, alam dan segala keunikan-Nya menyadarkan betapa Maha kasih Allah.
Lewat kematian dan kebangkitan-Nya memberi harapan baru bagi setiap orang. Baik pada zaman Musa dan pada zaman Kekristenan mula-mula pasti ada yang menginterupsi serpihan-serpihan sukacita Paskah. Bahkan Kristuspun harus menderita dan mati sebelum kemenangan-Nya dalam kebangkitan. Itu semua tidak mengurangi esensi dari Paskah itu sendiri.
GMIM pun bagai bahtera yang mengarungi lautan. Bahtera yang berisikan orang-orang yang berbeda. Bahtera ini kadang terguncang, baik dari dalam dan dari luar. Namun, bahtera ini memiliki nahkodanya, yaitu Yesus. Tak peduli sedalam apa lautannya, sekuat apa ombaknya, dan berapa banyak karangnya. Bahtera ini tetap bertahan dan terus membawa bendera kemenangan, dari, oleh dan untuk Kristus.
Selamat Paskah, Selamat berkemenangan, Kristus sudah bangkit, Haleluyah. (dodokugmim.com/nj)