DODOKUGMIM.COM, TOMOHON – Junius Lefrand Posumah, begitu nama lengkapnya. Sekretaris Umum Badan Pekerja Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) termuda dalam sejarah. Ia berusia 28 tahun, ketika menduduki jabatan itu.
Kini, pendeta yang dikenal ramah dan murah senyum itu telah berpulang.
Minggu (10/04/22), pukul 13.05 WITA di RS. Prof Kandou Malalayang, Manado, Posumah menghembuskan nafas terakhirnya.
Ecky, begitu ia akrab disapa, lahir di Sonder pada 8 Juni 1943, menutup usia 78 tahun.
Ia memang bergumul dengan sakit di usia senjanya. Mendapatkan beberapa kali perawatan di rumah sakit, hingga akhirnya menutup mata selamanya.

Semasa hidup, Posumah adalah pendeta GMIM dengan banyak karya. Ia telah mengabdi di berbagai tempat, mulai dari jemaat hingga kampus teologi.
Ia meninggalkan sang istri, Pdt. Jedida Santosa, tiga orang anak, Theophilus, Pingkan dan Nathanael, juga tiga orang menantu dan tujuh orang cucu.
Dikenal sebagai sosok yang pandai dan tekun, Posumah mengawali karirnya sebagai seorang Pendeta GMIM dan dosen di Fakultas Teologi UKIT pada tahun 1969.
Dalam sepak terjang pelayanan dan berorganisasi, di usia 22 tahun ketika sementara mengenyam pendidikan Strata Satu (S1) Sarjana Teologi di STT Jakarta, Posumah menjadi pengurus pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Seusainya menyelesaikan pendidikan, ia kemudian pulang ke tanah Minahasa dan mencatat sejarah di GMIM. Ia menjadi satu-satunya Sekretaris Umum BPS GMIM yang termuda diusia 28 tahun, periode pelayanan tahun 1971-1976, mendampingi Ketua BPS GMIM Periode 1967-1979 Ds. R.M. Luntungan.
“Ya benar, beliau memang menjadi Sekum di usia muda, dan saya ingat waktu awal saya mau dipindahkan dari Langowan ke Amurang beliau yang tanda tangan surat keputusan itu,” ujar Ketua BPS GMIM Periode 2010-2014 Pdt. Piet M. Tampi, S.Th, M.Si
Dalam ingatannya, Tampi menceritakan Posumah sebagai guru dan rekan pelayanan yang beprinsip teguh. “Ia adalah guru saya di fakultas dan menjadi sahabat dalam pelayanan di gereja. Dia orangnya memiliki sikap yg teguh, tidak cepat mundur kalau dia anggap sesuatu itu benar. Kalau melaksanakan tugas selalu berupaya sampai tuntas,” jelasnya.

Tampi juga menambahkan, Posumah adalah pribadi yang ramah. “Dapat saya katakan, ia adalah orang yang ramah, ia suka tegur sapa dengan siapa saja yang dia jumpai,” tuturnya.
Hal yang sama pun disampaikan oleh Pdt. Dr. Ervin Sintje Abram, M.Th yang sejak lama bersahabat dengan lelaki murah senyum itu. “Ia suka berteman, ia murah senyum, bahkan kalau tertawa matanya sampai tertutup,” ujarnya sambil tertawa.
Dalam persahabatan mereka, Abram mengenangnya sebagai sosok yang dapat diteladani. “Saya mengenalnya sejak mahasiswa, kemudian bersahabat sejak tahun 70an. Menjadi rekan pelayanan dan kerja sebagai dosen, kami saling memberi kritikan dalam berbagai hal. Bagi saya, ia adalah sosok pendeta yang dapat menjadi teladan dalam banyak hal,” tuturnya.
Di mata anak didiknya, Posumah adalah dosen yang begitu dicintai. “Ia adalah orang yang berprinsip. Ia dapat menempatkan dirinya sebagai seorang ayah, guru, teman, dan pendeta. Ia bisa menjadi teman curhat dan pendengar yang baik. Ia selalu memberikan banyak wejangan, nasehat bahkan suka bercanda gurau. But most of all, he’s just mner ecky that we all adore and love,” ujar Vik.Pdt. Silva Ngahu, M.Th
Kini semua tinggal menjadi kenangan. Setelah disemayamkan selama tiga hari di Tomohon, Rabu, (13/04/2022) jenazah akan dibawa ke Desa Kanonang, Minahasa. Pemakaman direncanakan, Sabtu (16/04/2022), pukul 10.00 Wita.
Hingga mencapai garis akhir hidupnya, bersama keluarganya ia melayani Tuhan. Pensiunan sebagai seorang dosen, dan bersama isterinya ia pernah menjadi Tenaga Utusan Gereja ke USA, melanjutkan study di sana, dan ia berhasil meraih gelar Master of Sacred Theology (STM) di Seminari Teologi Kristen, Indianapolis, Indiana, USA tahun 1980. (dodokugmim/saratuwomea)